Annyeonghaseyo
Archive
Credits Basecode from Arrien Amani Cute icon from Pixel |
Tugas 10 CURRICULUM VITAE Senin, 09 Juni 2014 | 0 Comments
CURRICULUM VITAE
v Data Pribadi
Nama :
Mansur Hidayat Tasdik
TTL :
Garut 18 Nopember 2005
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
Alamat
: Perum Surya Regency Blok B-8, Tarogong Kaler
Telp/HP/Pin : 085220402018
Email : mansurhidayat2402713093@gmail.com
Twitter
: @mansur
Blog : cowokmatre77.blogspot.com
FB
: mansur hidayat
Pendidikan Terakhir :
S-1 Fakultas Ilmu Komunikasi (sedang
menempuh)
v Data Pendidikan
·
1984-1990 ` :
SDN Sindangsari Garut (Berijazah)
·
1990-1993 : SMPN 2
Garut (Berijazah)
·
1993-1996 :
STMN Garut (Berijazah)
·
2014-Sekarang : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Garut (sedang menempuh)
v Pengalaman Organisasi
·
PMR Madya SMPN 2 Garut
·
Paskibra STMN Garut
v Pengalaman Kerja
·
1997-1998 Radio NBC Am Garut
·
1998-2000 Radio Antares Am Garut
·
2001-2002 Radio Reks FM Garut
·
2002-Sekarang Radio
Elshinta Jakarta
·
2006-2014 www.detik.com
·
2006-Sekarang Radio
Best FM Garut
·
2012-Sekarang www.vivanews.co.id
v Keahlian Khusus
1.
Mengoprasikan komputer
2.
Mampu mengendarai kendaraan roda dua dan roda empat.
3.
Dapat mengoperasikan kamera.
4.
Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.
5.
Mempunyai public speaking yang baik.
6.
Mampu menjalin kerjasama, lobbying, marketing dan
kegiatan public relations.
7.
Mampu berkreasi dan berinovasi dalam bidang produksi
pangan.
8.
Menguasai dasar-dasar ilmu jurnalistik
Demikian Curriculum Vitae ini saya
buat dengan sebenar – benarnya.
Garut, 9 Juni 2004
Mansur Hidayat Tasdik
Sosok Prabowo dan Jokowi Dimata Masyarakat Garut. Sekitar satu bulan lagi pelaksanaan
Pilihan Priesiden RI akan segera digelar, Rabu 9 Juli 2014 mendatang, ternyata
perhelatan akbar di Indonesia yang menetutkan nasib bangsa 5 tahunan tersebut
juga cukup menyedot perhatian warga Garut, baik dari kalangan politisi,
aktivis, LSM maupun masyarakat biasa.
Saya sempat melakukan wawancara
dengan sejumlah masyarkat dari berbagai elemen dalam rangka melaksanakam tugas
jurnalis sebagai perwakilan di Kabupaten Garut untuk media nasional online www.viva.co.id, memang dari berbagai hasil wawancara diperoleh
tanggapan yang cukup beraneka ragam.
Sudah barang tentu bagi anggota atau
simpatisan partai politik pengusung calaon presden Pabowo Subyakto-Hatta Rajasa
dan Jokowi Dodo-Yusuf Kalla, kedua pasangan Capres dan Cawapres tersebut
memiliki keunggulan yang diaggap akan mampu membawa bangsa Indonesia ini keraha
yang lebih baik, tetapi dari kedua kubu tersebut juga memiiki pandagan lain
yang dianggap sebuah kelemahan sehingga kepemimpinan nanti diragukan.
“
Ya pak Prabowo memang sosok pemimpin yang tegas dan cerdas, sebagai siganya di
Asia Tenggara kedepan bangsa Indonesia akan lebih disegani “, ujar Piping
Dipraja salah seorang aktivis Partai Geridra Kabupaten Garut.
“
Hidup adalah pilihan, makanya pilih nimor 1, agar bangsa ini menjadi lebih baik
“ tambahnya.
Nada yang sama juga bayak dilontarka
oleh masyarakat, sebut saja Dindin Rosidin warga Kampung Lampegan, Kelurahan
Cimuncang, Kecamatan Garut Kota, bahwa dirinya lebih mejatuhkan pilihannya
kepada pasanga Capres dan Cawapres, Prabowo-Hatta, karena dari sisi
kepemimpinan Prabowo aka dapat diadalkan sesuai dengan pengalamannya sebagai
jendral TNI, yang mana Indonesia saat ini sedang membutuhkan sosok pemimpin
yang berani dan tegas.
“
Ya, kalau soal ekonomi kan kami punya Hatta Rajasa sebagai mantan mentri
perekonomian yah jelas, sehingga keduanya akan sinergi membangun bangsa ini “,
ucapnya.
Sementara
kata Dindin, pasangan Jokowi-Yusuf Kalla, untuk Capres dan Cawapres ini dinilai
lembek dan belum memiliki karya nyata untuk Indonesia.
“
Ya Jokowi jadi gubenur DKI Jakarta juga baru setengah jalan juga enggak, banyak
tunggakan pembagunan yang belum dilaksanakan, sama juga dengan Cawapresnya,
dulu waktu jadi Wapres belum bekerja optimal “, imbuhnya.
Sebenarnya masih banyak tanggapan
positif yang dilontaran kepada pasangan Prabowo-Hatta oleh masyarakat Kabupaten
Garut, juga nada pujian yang diampaikan warga Garut kepada pasangan
Jokowi-Yusuf. Menurut Agus, warga Kecamatan Tarogong Kaler, bahwa Jokowi
dinilai sudag mampu memimpin, ini terbukti dengan kepemimpinan sebagai Wali
Kota Solo hingga dua priode, kemudian sukses menjadi orang nomor 1 di DKI
Jakarat.
“
Ini bukan hanya isapan jempol belaka, Jokowi memang sudah sukses memimpin dia
pemimpin yang merakyat tidak seperti Prabowo yang saya khawatir nantinya dia
arogan “, ungkapnya.
Tanggapan yang sama juga sempat
dikemukanan oleh seorang mantan aktivis asal Garut, Jamaludin Sisik bahwa jika
memilih Prabowo berarti sudah melupakan masa lalu, dengan kasus pelanggara Hak
Asasi Manusia.
“
Saya khawatir jika nanti Prabowo jadi memimpin Negara ini, para mahasiswa dan
aktivis akan dikebiri dan diculik “, ucapnya sambil tersenyum.
Selain tanggapan plus-minus tentang
dua pasangan Presiden dan wakilnya, juga diantara masyaakat yang justru mengaku
bingung, karena satu sama lainnya melalui media masa saling menjelekan seperti
yang disampaikan oleh masing-masing tim sukses.
“
Bingung lah saha nu bener jeung saha nu salah, itu, ieu ngagogoreng (bingung,
siapa yang benar dan siapa yang salah, kedua kubu saling menjelekan “, kata
Onah salah seorang warga Karang Tengah Garut.
“
Ah urang mah teu paduli, rek saha-sahana oge presidena nu penting mah teu
ngaruh, hayang dahar mah nyiar sorangan ( ah saya tidak peduli, siapapun yang
jadi presiden tidak berpengaruh, kalau cari makan tetap mencari sendiri) “
tutur Udin Bodeg warga Cibalong.
Jika disimak dari beberapa sample komentar tetang
sosok Presiden dan Calon Wakil Presiden yang saat ini akan bersaing memang
terlepas dari baik-buruknya latar belakang kedua pasangan capres dan cawapres
tersebut tentunya masyarakat berharap ada pemimpin Negara ini yang mampu
memperbaiki perekonomian masyarakat Indonesia.
Yang menjadi bahan pertanyaan, sejauh mana pengaruh
pemimpin Negara ini terhadap perekonomian bangsa Indonesia, yang mana jumlah
masyarakat miskin makin hari makin bertambah belum satupun pemimpin bangsa ini
yang mampu megurangi angka kemiskinan di Negara ini. (*****)
356 Kasus HIV/ Aids Di Garut
Cukup Miris, Kabupaten Garut yang
notabene sebagai kabupaten yang agamis berada di wilayah Prianga timur sebagai
daerah perlintasan dijlaur Utama Selata Jawa Barat dari arah Jakarta menuju
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pihak kedokteran sendiri hingga saat
ini menemukan obat untuk penyakit yang konon disebut sebagai kutuka (HIV/Aids).
Saya dalam beberapa hari ini sempat melakuka perjalanan keliling Kabupaten
Garut, dari sisi pembangunan Garut sejak 10 tahun terakhir nampak belum
terlihat adanya perubahan alias masih jalan ditempat, namun yang sangat
mencengangkan kota kecil dengan masih tingginya angka kemiskinan dan menyadang
daerah tertinggal di Jawa Barat ini ternyata menyimpan kasus kesehatan yang
sangat menyengangkan.
Berdasarkan data yang disampaika oleh Komisi
Penanggulanga HIV/Aids (KPA) Kabupaten Garut bahwa jumlah penderita HIV/Aids di
Kabupaten Garut mecapai angka 356 kasus, nah siapa saja dan kalanga mana saja
yang menjadi penderitanya.
Saya
mencoba melakukan wawancara dengan Guntur Hidayat, aktivis pengelola Program di
KPA Kabupaten Garut yang mnyatakan bahwa tercatat sebanyak 356 orang warga
Garut telah teriveksi HIV/Aids, jumlah tersebut merupakan yang terdata dan
terlamporkan.
“
Ya, untuk kasus HIV/Aids ini sepeti phenomena gunung es, artinya jumlah kasus
yang tak tercatat justru lebih besar bisa memiliki perbandinga 1:100 bahkan
1:1000 orang “, ujarnya serius.
“
Data kami juga menunjukan bahwa sekitar 128 orang penderita HIV/Aids di Garut
tewas “, tambahnya.
Pihak KPA sendiri melakukan
pendataan dari total warga Garut yang terinfeksi HIV/Aids, hasilnya ternyata
sebagian besar akibat para penderita merupakan para pelaku penyalah gunaan
narkotika dengan mempergunakan jarum suntik (Penasun). Hingga akhir bulan Mei
tahun 2014, dari 356 pendrita tersebut tercatat sebanyak 177 penderita di
antaranya tertular melalui jarum suntik atau Penasun, “ Mereka terdiri 131
AIDS, dan 46 HIV “, jelas Guntur.
Selain
penyebab terbesar dari jarum suntik para pengguna narkotika, tingginya
penyebaran HIV/Aids di Kabupaten Garut juga diakibatkan oleh berbagai factor
diantaranya penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum LSL atau Laki-laki
sek laki-laki yang jumlahnya mencapai 9 orang, kemudian kaum Waria terdapat 10
kasus, WPS (Wanita Pekerja Sex) ada satu
penderita, HRM (Pria Resti) terdapat 38 penderita, kemudian pasangan Resti,
terdiri dari perempuan 107 kasus, serta laki-laki enam kasus dan terdapat Perinatal
atau anak terdapat 14 kasus dan tiga
kasus lainnya tidak teridentifikasi.
Semetara
itu dari 365 penderita HIV/AIDS itu, terdiri dari 236 laki-laki meliputi 174
penderita AIDS, dan 62 penderita HIV, untuk perempuan tercatat sebanyak 129 kasus,
meliputi 96 kasus AIDS dan 33 kasus HIV.
Adapun data penyebaran para
penderita HIV/Aids di Kabupaten Garut, dikalsifikasika dari usia berkisar
antara usia satu hingga 60 tahun, tersebar di 24 kecamatan di Kabupaten Garut
dengan Kecamatan tertinggi ditemukan kasus HIV/Aids antara lain di Kecamatan Garut
Kota dengan 132 kasus yang terdiri dari 105 AIDS dan 27 penderita HIV.
“
Selebihnya di Kecamatan Tarogong Kidul
75 penderita, Tarogong Kaler 39
penderita, serta di wilayah Kecamatan Karangwitan terdapat 17 penderita “,
papar Guntur.
Bercermin dari data kasus tersebut, kami
juga medapatkan data yang cukup mencengangkan antaralain kasus LSL di Garut
mencapai angka diatas 4000 orang sementara untuk kasus Pekerja Sek Komesial
(PSK) hanya berkisar diangka 1000 orang.
“
Kalau ade mau saya memiliki lengkap nomor teleponnya “, ungkap Guntur sambil
tersenyum.
Pihak
KPA Kabupaten Garut begitu ketat melakukan pengawasan terhadap berbagai
kegiatan yang akan berpegaruh terhadap menigkatnya kasus penyebaran HIV/Aids di
Kabupaten Garut.
“
Berbagai upaya kami lakuka selain melakukan pendataan juga melakukan
sosialisasi kepada para pelaku penyimpanga seksual agar penyebaran kasus
HIV/Aids dapat ditekan “, ucapnya.
Hanya saja dari data kasus HIV/Aids yang saya
dapatkan memang sebuah data yang cukup mengerikan sehingga saya sempat berpikir
siapa yang bertanggung jawab atas kasus tersebut?. (*******)
Geliat Prostitusi Jalana di Garut, Siapa Yang Peduli.
Malam semakin dingin, saya bersama
beberapa orang teman yang juga anggota Polres Garut mencoba mencari angin segar
dikawasan perkotaan Kabupaten Garut dengan mempergunakan sebuah mobil avaza
saya dan teman-teman terus berputar-putar dikawasan pengkolan yang kian malam
semakin sepi, dan ternyata setelah jam menunjukan pukul 21.00 WIB, memang sebagian jalan dikawasan
perkotaan Garut sudah sepi.
Untuk lebih menyemarakan jalan-jalan
kami, kami iseg-iseng mencoba mencari tahu dimana ada kegiatan malam yang konon
katanya banyak juga di Kabupaten Garut, berbekal informasi dari seorang teman
diantara kami, bahwa untuk mencari ABG (Anak Baru Gede-red) dikawasan kota
biasanya berkumpul di sekitar Lapangan Otista (Alun-alun) Garut, kami pu segera
menuju lokasi yang dimaksud dan ternyata kami lihat ada beberapa pasanga remaja
yang sedang asyik “mengobrol” ditempat-tempat gelap, namun apa yang kami cari
ternyata tidak kami temukan.
“
Kang naha sepi (kang kenapa sepi) “ sapa diantara kami kepada seseorang yang
kayaknya dia berprofesi sebagai tukag ojek, “ Iyah telat a kedahna tadi jam 7
an ( ya, telat a harusnya tadi jam 7 an) “ jawab tukang ojek seperti yang mengerti apa
yang kami maksud.
Untuk beberapa saat kami hanya
nongkrong dan saya mencoba mencari tahu kepada tukang ojek sebut saja Umar,
dari perbincangan itu, Umar menyebutkan bahwa memang kawasan jalan A. Yani
samping Alun-alun Garut biasa dipergunakan mangkal para ABG yang mencari
kesenanga, namun tidak akan berlangsung lama karena sejak magrib para ABG
tersebut mangkal kemudian secara berangsur, mereka dijemput oleh para lelaki
hidung belang untuk menuju tempat hiburan bahkan langsung cek in di hotel yang
berada dikawasan Cipanas Garut dan lokasi lainnya.
“
Jadi Kalau datangnya jam segini gak bakalan kebagian “, ucapnya sambil
tersenyum.
Tak lama kemudian kami meninggalkan
Alun-alun Garut, kami menuju kawasan lapangan Golf Ngamplang, sekitar 15 menit
perjalanan kami dan kami langsung naik memasuki kawasan Ngamplang yang Nampak
gelap, namun ternyata dibali kegelapan itu kami menyaksikan bebeberapa
pasangang muda-mudi yang sedang bermesraan.
Saat
lampu mobil kami menerangi tempat pasangan muda-mudi tersbut Nampak mereka tak
acuh, hanya berhenti sejanak setelah kami lewat, pasangan tersebut kembali
melakukan aktivitasnya, kamipun terus berlau dan masuk halaman hotel gamplang
kemudian kami bertemu dengan penjaga hotel tersebut.
Dari obrolan kami denga petugas
hotel Ngamplang diperoleh informasi bahwa memang dikawasan tersebut selalu
dijadikan tempat berpacaran bahkan hingga melakukan hubunga badan, baik
dilakukan oleh pasangan muda-mudi yang berpacaran maupun sengaja dilakukan oleh
para hidung belang dengan Pekerja Sek Komersial.
“
Alasannya mungkin kalau mereka “ main “ ditempat itu lebih murah gak perlu
mengeluarkan biaya hotel “, ucap petugas hotel.
“
Tapi kalau si laki-lakinya punya modal, ya langsung “ ngamar ” , kadang disini
kadang ditempat lain “, tambah petugas.
Saat
ditanya apakah ada upaya Pemeritah untuk melakukan razia, kata petugas hotel mengaku
memang ada razia namun petugas Satpol PP datang saat situasi sepi. “ Jadi petugas gak dapat apa-apa memang
pasangan mesumnya juga lebih pinter “, uncap petugas pendek.
Selain di Ngamplang, ternyata lokasi sek jalanan
juga terjadi jalan Proklamasi atau yang dikenal jalan “ Cinta “, karena memang
dilokasi tersebut sejak beberapa tahun selalu dijadikan tempat para pasangan
muda-mudi untuk bermasyuk ria karena memang menjelang malam hari lokasi jalan
tersebut sangat sepi. Biasaya para pasanga yang mencari kesenangan sek
melakukannya didalam mobil sehingga dijalan tersebut dikenal dengan mobil
bergoyang.
Lain waktu sempat petugas Polres Garut memergiki
pasangan remaja sedang melakukan hubungan intim didalam sebuah mobil, petugas
langsung melakukan penyergapan di jala Proklamasi dan digelandang ke Mapolres
Garut.
Walaupun tak mendapatkan hukuman tetapi dengan disergapnya
pasangan tersebut membuat jera sehingga tak mengulangi lagi perbuatannya.
“ Jadi memang mereka melakukan hubungan intim disana
bukan hanya pasangan yang sedang berpacaran, tetapi ada diataranya pasangan
suami istri, mugkin mencari sensasi baru “, ucap salah seorang petugas Polres
Garut.
Para pelaku biasanya langsung dilakukan pendataan
oleh petugas dan diperingatka agar tak melakukannnya kembali karea khawatir
adaya masyarakat yang mengetahuinya sehingga aka berdampak terhadap tindakan
yang tidak diinginkan.
Selain disekiar jalan Proklamasi ternyata sek
jalanan juga terjadi dibeberpa tempat lainya disejumlah ruas jalan, termasuk
lokasi baru dikawasan jalan Kubang yang merupakan jalur altenatif yang
dipergunakan pihak Satlantas Polres Garut sebagai jalan untuk menguai
kemacetan, saat sedang sepi jalan tersebu juga ketap dijadikan lokasi sek
jalaan.
Sejauh ini pihak-pihak berwenang secara khusus
kurang terdengar melakukan tidakan pencegahan dan mebebaskan lokasi tersebut
dari kegiata yang dilarang oleh agama, kritikan dari para pemuka agama kepada
aparatur pemerintahan pun hingga saat ini nampak belum dilaksanakan secara
maksimal, sehingga melalui artikel ini saya mulai berpikir ini adalah tanggung
jawab siapa? (******)
Curug Sanghiang Taraje, Cocok Bagi Pehoby Olah Raga Tantangan.
Selain Curug Cibuni Racun di
Leles dan Curug Orok di
Cikajang Garut, Wisata Air Terjun di Garut yang pemandangannya masih alami dan
belum banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Curug Sanghiang Taraje di Desa
Pakenjeng Kecamatan Pamulihan Garut.
Cuaca
mentari bersinar terang, angin berhembus dengan tenang, saat itulah suasana
yang tepat untuk mengunjungi salah satu curug (air terjun) yang ada di
Kabupaten Garut.
Curug yang saat ini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun pengunjung
dari luar Garut, yaitu Curug Sanghyang Taraje atau biasa di sebut Curug Kembar
oleh masyarakat sekitar.
Garut
memang memiliki sejuta pesona keindahan alam yang dapat membuat orang yang
menyaksikannya keindahan itu berdecak kagum. Kawasan selatannya berbukit-bukit
dan berujung di pantai berpasir putih, menyembunyikan sejumlah air terjun dan
sungai berair jernih di sela bukit-bukit hijaunya.
Pemandangan
ini akan kita rasakan bila berkunjung ke Garut sebelah selatan. Garut Selatan
memiliki beberapa keindahan alam, seperti Pantai Karang Paranje, Pantai Santolo Pameungpeuk, Arung Jeram Cikandang di
Sungai Cikandang dan beberapa Air Terjun, membuat wisatawan memiliki banyak
pilihan untuk menikmati salah satunya.
Sebagian
air terjun sudah cukup terkenal kerap menjadi tujuan wisata lokal maupun dari
luar daerah. Begitu pun dengan sungai berarus deras seperti Sungai Cisanggiri
dan Cikandang yang menjadi pilihan sedulur yang hobi olahraga ekstrim arung
jeram. Namun, tidak sedikit juga keindahan alam di Garut belum diketahui banyak
orang, di antaranya Curug Sanghyang Taraje atau Curug Kembar.
Air terjun di Kampung Kombongan,
Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan, ini sangat jarang dikunjungi wisatawan,
berbeda dengan Curug Orok yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Curug
Sanghyang Taraje, namun dengan berjalannya waktu, curug ini mulai dikenal oleh
masyarakat luas, dan akhirnya para wisatawan ingin mencoba menikmati keidahan
alam disekitar curug tersebut.
Kalau Curug Orok dikunjungi
wisatawan hampir tiap hari atau minimal pada akhir pekan, dulu Curug Sanghyang
Taraje cenderung sepi pengunjung. Curug yang dapat terlihat langsung dari jalan
Desa Pakenjeng ini seringnya hanya dijamah warga yang mencari kayu bakar dan
rumput untuk pakan ternaknya.
Air terjun kembar ini diapit dua
bukit yang dirimbuni hutan. Curug Sanghyang Taraje berada di atas tebing dan
airnya mengalir ke Sungai Cikandang melewati kolam air terjun dan sungai
berbatu. Jika pengunjung berdiri di posisi dan waktu yang tepat, lengkung
pelangi yang terbentuk akibat butiran air dari Curug Sanghyang Taraje dan
terpaan sinar matahari bisa terlihat.
Kenapa masyarakat sekitar menyebut
sanghyang taraje? Dinamai sebagai Curug Sanghyang Taraje karena bentuk curug
tersebut mirip tangga atau dalam dalam bahasa Sunda disebut taraje.
Di dasar air terjun tersebut,
terdapat batu besar berbentuk tapal kaki raksasa yang hanya dapat terlihat saat
kolam air terjun surut. Selain itu, berdasarkan cerita yang disampaikan
turun-menurun dari leluhurnya, menurut cerita masyarakat sekitar bahwa di balik
curug terdapat pintu rahasia menuju ruangan berisi harta karun yang dijaga ular
besar.Namanya juga cerita, boleh percaya boleh tidak.
Curug Sanghyang Taraje dapat
ditempuh dari pusat Kota Garut selama sekitar tiga jam. Dari Jalan Raya
Bayongbong, perjalanan berlanjut ke arah Bungbulang sampai masuk ke Kecamatan
Pamulihan. Dari gerbang kecamatan ini, jalan menuju curug berkondisi rusak
dengan aspal yang terkelupas serta menyisakan bebatuan dan pasir.
Selain itu, jalan yang sempit pun
hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Turunan dan tanjakan tajam dengan
jurang dan tebing di kedua sisi jalan pun harus dilalui menuju curug tersebut.
Pemandangan perkebunan teh, deretan bukit hijau, dan jajaran tebing mengawal
perjalanan menuju lokasi curug.
Namun, setelah sampai di kawasan
curug, kelelahan dan ketegangan akibat perjalanan panjang terhapus oleh pesona
keindahan Curug Sanghyang Taraje. Air terjun layaknya tangga menuju langit ini
bagaikan menunggu para pemburu harta karun keindahan alam untuk menjelajahi dan
menikmati pesona alamnya. (********)
KH. Hasan Arif, Pejuang Asal Garut Yang Terlupakan. Minggu, 08 Juni 2014 | 4 Comments
Musium
Garut, masyarakat bisa mengenang memori lama. Di sana ada miniatur " Babancong
" (tempat pidato kenegaraan Soekarno), naskah kuno tahun 1912 yang
menceritakan Sejarah Singosari sampai Balubur Limbangan Garut, serta Naskah
Lontar Kabuyutuan Ciburuy, lengkap dengan Reflika Kujang, Tri Sula, Encis,
Genta, Bedog, Gunting, keris, Pedang Zulfakor, Peta Kuno dan Bendera Ciung
Wanara.
Beragam
foto peninggalan Kerajaan Hindu Candi Cangkuang, Batu Lempang peninggalan
budaya megalitik, sampai situs makam “
karuhun “ Garut, replika rumah-rumah adat Sunda buhun, dan foto Bupati Garut
dari masa ke masa pun turut dipampang, termasuk tokoh Garut jaman kolonial KH.
Muhammad Musa.
Akan
tetapi, dari sekian artefak sejarah kekayaan peradaban Garut tersebut, minim
sekali bukti sejarah tentang kiprah Haji Hasan Arif. Pelopor perjuangan
Kemerdekaan Indonesia ini seolah dilupakan, meski Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata telah menertibkan sebuah buku berjudul "Cimareme Mandi Getih"
tahun 2012.
Cimareme
merupakan kampung kecil terletak di Kecamatan Banyuresmi berbatasan dengan
Kecamatan Leuwi Goong. Bersebelahan dengan Rawa Gabus pemasok air pesawahan
masyarakat, Nama Kampung Cimareme ini mendadak terkenal, populer, 'Ngageunjelungkeun'
Indonesia pada awal abad 20 tahun 1918 an.
Lantas
apa yang mempopulerkan nama Kampung Cimareme tersebut, sampai Pemerintah Hindia
Belanda mengerahkan seluruh pasukan tentaranya? Padahal Cimareme hanya sebuah
kampung yang mayoritas penduduknya bertani serta jauh (kurang lebih 15
kilometer) dari Garut kota.
Ternyata,
di Cimareme itulah awal mula lahirnya Nasionalisme (Cinta Tanah Air) pertama
melalui pemberontakan warga yang dimotori Haji Hasan Arif bersama petani dan santri
Cimareme. Masyarakat Cimareme menolak pengiriman upeti hasil pertanian ke
Pemerintah Kolonial Belanda.
Memang
para peneliti sejarah telah mengabadikan Riwayat Hidup dan Perjuangan Haji
Hasan Arif dalam suatu buku yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 1983/1984 dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kab. Garut tahun
2012 tadi.
Namun,
pengorbankan Hasan Arif sampai merelakan nyawanya yang jadi inspirasi
perlawanan di Indonesia masih tidak sebanding dengan perlakuan Pemerintah
sekarang karena jika berkunjung ke Cimareme, akan dijumpai jalanan yang buruk,
penduduk yang masih miskin, serta area pemakaman yang tak terawat. Padahal,
pihak keluarga telah mengajukan Jalan Kampung Cimareme diperbaiki sehingga
memudahkan para peziarah, dan membangunan Musola di pemakaman.
Hingga
awal tahun 2014 ini, jalan cimareme masih kurang bagus sepertinya tak
terperhatikan oleh Pemerintah Daerah Garut, termasuk pemakaman yang tanpa
musola. "Ti kapungkur hoyong aya musola, margi sok seueur nu ziarah nu sok
nyalahgunakeun makam. Oge jalan ka kampung disaean, sareng jalan ka
makamna," ( Dari dulu ingin ada mushola, sebab banyak penjiarah yang
datang mempergunakan makan, dan jalan ke kampung sareng ka makam ingin
diperbaiki ) kata perawat makam yang masih keturunan Hasan Arif, Ipah.
" Ukur carios
wungkul tikapungkur ge," ( Hanya omongan saja dari dulu juga ) kata Ipah
menambahkan.
Agar
pengabdian Hasan Arif terus menginspirasi, para keturunan Hasan Arif juga
mendirikan Yayasan Kiai Haji Hasan Arif (YAKHA) yang bergerak dalam bidang
Pendidikan. Meski tak sebesar Yayasan lain yang sudah sukses seperti
Almusadaddiyah misalnya, Yayasan tersebut telah memiliki SMP dan SMA sejak
1990.
Untuk
tarap kesejahteraan masyarakat pun terlihat jelas. Masyarakat Cimareme
tergolong miskin karena hampir sepertiga warganya sebagai petani dan buruh
tani. Sisanya berdagang dan ada beberapa yang menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Dipinggir
jalan, nampak warung-warung depan rumah yang sangat berdekatan dengan makanan
yang dijual tidak lah seberapa, serta rumah kediaman Hasan Arif (Tempat
dibunuh) yang kini didiami salah satu keturunan pahlawan perintis kemerdekaan
ini dan sebuah mesjid peninggalan Hasan Arif yang masih berdiri megah. (********)
? Newer Post
Older Post ?
|